Sebuah penjelasan tentang persahabatan antara kedua negara

Oleh: Fahry Slatter – AIYA National Blog Editor
Diedit dan diterjemahkan oleh Lotte Troost – AIYA National Translation Team dan Clarice Campbell – AIYA National President

Versi Bahasa Inggris, klik disini.

“Geografi telah membuat kami bertetangga. Sejarah telah membuat kami berteman. Ekonomi telah membuat kami menjadi mitra. Dan keperluan membuat kami sekutu. Mereka yang telah dipersatukan alam, jangan biarkan ada yang memisahkan.” – John F. Kennedy, 1961. 

Pada sore hari tanggal 8 Januari 2020 Sam Mitchell, seorang pemilik taman margasatwa, membawa bangkai kanguru yang hangus di satu tangannya dan tubuh koala yang tidak bernyawa di tangan lainnya. Sebuah tsunami api menghancurkan 27 juta hektar tanah. Jika hal tersebut ditempatkan dalam perspektif, 27 juta hektar sebesar Denmark. Bayangkan tinggal di daerah sebesar Denmark, kecuali semuanya terbakar – Australia seperti itu 8 bulan yang lalu.

Banyak negara turun tangan memberikan bantuan. Salah satunya adalah tetangga Australia, Indonesia. Pada 1 Februari 2020, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memastikan hal tersebut melalui surat yang menyatakan bahwa Indonesia akan mengirim pasukan untuk membantu memadamkan kebakaran hutan dan juga dalam proses pemulihannya. Dengan perintah dari Dewan Perwakilan Rakyat, Indonesia mengirim lebih dari 40 prajurit ke Australia. Mereka juga dikenal sebagai Tentara Negara Indonesia, atau TNI dalam bahasa sehari-hari.

Tentara tersebut terdiri dari 26 prajurit darat, 6 prajurit angkatan laut, 4 pasukan angkatan udara, 6 tugas perizinan, 2 petugas penanggulangan bencana, 2 petugas tim kesehatan, 1 anggota konsulat Indonesia di Sydney dan 3 perwira lainnya. Sebagian besar dikirim ke daerah pedesaan Australia yang mana tim petugas pemadam kebakaran lokal membutuhkan bantuan lebih banyak, khususnya di wilayah Blue Mountain di New South Wales. Gugus tugas Indonesia dan petugas pemadam kebakaran Australia bekerja dalam kesatuan sehingga melawan musuh yang sama.

 Pasukan Indonesia tiba di RAAF Base Richmond, pada Februari 2020. Kehormatan dari Departemen Pertahanan Australia, diterbitkan pada 2 Februari 2020 di YouTube.com

Kebakaran tersebut menghancurkan infrastruktur manusia maupun alam.

Seorang prajurit Indonesia menebang kayu selama kebakaran hutan Australia 2020 di New South Wales. Kehormatan dari Departemen Pertahanan Australia, diterbitkan pada 2 Februari 2020 di ikahan.com

Tetapi kerja sama dan bantuan sebenarnya sudah dimulai bertahun-tahun sebelum kebakaran hutan dimulai. Berkat 16 tahun kerja sama militer dan persahabatan antara Indonesia dan Australia, kami sedang berada di tempat yang sama.

Penglihatan lebih dekat pada persahabatan militer antara Indonesia dan Australia

Ini bukan pertama kalinya kedua negara saling membantu. Salah satu contoh persahabatan tersebut yang paling awal adalah saat tsunami Samudra Hindia menghancurkan Aceh, di pesisir barat Sumatra, pada tahun 2004. Sebanyak 227,898 orang meninggal dunia.  Jumlahnya yang cukup untuk mengisi Melbourne Cricket Ground dua kali. Australia menyumbangkan jumlah astronomis sebesar $122.8 juta dolar (AU) – ini termasuk konstruksi, makanan, air, tempat perlindungan, dan upaya bantuan lainnya. Pendanaan dan bantuan Australia juga membantu membangun kembali infrastruktur sekitarnya serta memulai kembali sekolah, masyarakat desa dan membantu Aceh bangkit kembali.

Kerja sama antara keduanya dideklarasikan secara resmi dalam perjanjian Lombok 2006. Sebagai tetangga, sekutu, mitra perdagangan serta teman, kedua negara saling mengandalkan untuk barang-barang, ekonomi dan perdagangan. Anda dapat memasuki swalayan di Indonesia dan Anda pasti akan melihat kardus susu Australia atau steak ribeye dari Australia. Sebaliknya, di swalayan di Australia Anda pasti dapat menemukan sebungkus Indomie atau bahkan sebuah sachet Tolak Angin. Perjanjian Lombok ditandatangani untuk memastikan kerja sama keamanan antara kedua negara dan berfungsi sebagai dasar  persahabatan jangka panjang antara kedua negara.

 

Sejauh ini, perjanjian tersebut telah dilaksanakan dengan cukup sukses dan memberi hasil. Lebih awal dalam dekade, pakta pelatihan yang disebut Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia-Australia (IKAHAN) didirikan. Tujuan utamanya adalah membantu melatih tentara kedua pihak, sehingga militer Australia dapat berbagi pengetahuan mereka dan mendidik militer Indonesia dan sebaliknya. Sebuah situs web diciptakan juga. Di situs web tersebut kadet dapat mencari berita mengenai pelatihan militer, bagaimana mereka bisa mendaftar dan mengikutinya, serta mereka dapat menghadiri seminar dan bertemu orang baru untuk memperluas jaringan mereka.

Jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi situs web mereka www.ikahan.com

Pembicaraan tentang strategi militer muncul kembali pada tahun 2018, ketika Presiden Joko “Jokowi” Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Scott Morrison untuk membahas persoalan terkait laut Indo-Cina. Sejak itu, kedua pemimpin itu tampak lebih seperti teman jauh daripada presiden atau perdana menteri. Setiap beberapa tahun, Presiden Jokowi mengunjungi Australia untuk memperbarui pakta dan perjanjian pertahanan yang kadaluarsa. 

Kerja sama dan persahabatan antara Indonesia dan Australia tidak hanya terjadi karena kebakaran hutan. Setiap hari banyak hal terjadi di latar belakang yang tidak terlalu sering diketahui atau dipikirkan oleh warga sipil biasa, seperti berbagi kecerdasan, mengantisipasi dan meredakan serangan teror dan berpatroli di perairan terbuka.

Pada 30 Agustus 2020, Angkatan Udara Australia mengirimkan perlengkapan pelindung COVID-19 lebih banyak ke Kementerian Pertahanan Indonesia. Pengiriman tersebut adalah hadiah Australia kepada TNI untuk berterima kasih kepada Indonesia karena telah menawarkan bantuan selama kebakaran hutan dan karena berada di sisi Australia. 

Angkatan Udara Australia berhasil mengirimkan bantuan APD kepada tentara Indonesia, pada 30 Agustus 2020. Atas kehormatan Kedutaan Besar Australia di Jakarta, diterbitkan di instragram.com 

Neraka atau air tinggi, kedua negara siap membantu satu sama lain

Dari kebakaran hutan hingga tsunami, geografi dan iklim kedua negara yang tidak beruntung telah menempatkan mereka dalam posisi yang agak sial. Tetapi beberapa orang mungkin mengatakan bahwa ikatan dan persahabatan antara keduanya lebih kuat dari sebelumnya karena keadaan tersebut. Dari situasi ini kita bisa belajar bahwa kunci untuk membangun persahabatan bukanlah seperti lari cepat, melainkan seperti lari maraton. Bangunan dan pemeliharaan persahabatan butuh waktu dan upaya. Bencana alam tidak akan menghilang dalam waktu dekat, jadi kami mengharapkan melihat lebih banyak pertunjukan persahabatan antara Indonesia dan Australia. Bahkan AIYA juga terlibat dalam membangun dan memelihara pertemanan ini melalui program-program tahunan kami, dengan mahasiswa kajian Bahasa Indonesia di Australia Defence Force School of Languages (DFSL).

Anggota AIYA Victoria Committee bersama mahasiswa DFSL untuk Malam Trivia kami di 2019.

Jika Anda menikmati artikel ini dan ingin membaca topik lainnya, berlanggananlah newsletter kami untuk mendapat pembaruan dan berita terbaru dari AIYA.