Versi Bahasa Inggris.

Article ditulis oleh: Fahry Slatter – AIYA National Blog Editor

Grafis oleh Candra – AIYA Graphic Design Officer, pengawasan oleh Vania – AIYA Communications Coordinator

Diterjemahkan oleh Adolf Ricardo – AIYA National Translator

Hal apa sebenarnya yang terjadi di Jakarta yang mendorong pemerintah untuk merencanakan pemindahan ibu kota?

Proyek ini seharusnya menjadi proyek paling ambisius yang pernah ada di Indonesia. Apa yang terjadi?

Jika Anda googling “Kalimantan”, kebanyakan yang akan Anda temukan adalah gambar hutan lebat dan perkebunan kelapa sawit. Peta Kalimantan menunjukkan bahwa Kalimantan memiliki banyak hutan hujan perawan hijau, yang akan sangat cocok untuk latar remake film Tarzan sangat indah untuk latar pembuatan ulang film Tarzan. Suatu hari, Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo memandang Kalimantan, lalu tersenyum, dan dengan senyum di wajahnya, ia langsung naik ke pesawat menuju titik kecil yang terletak di timur pulau itu.

Inilah mengapa Indonesia berencana untuk memindahkan ibu kotanya.

Rencana ambisius untuk memindahkan ibu kota merupakan hal yang menghebohkan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga bagi orang yang bahkan tidak tinggal di Indonesia. Tidak lama kemudian, banyak YouTuber mulai mengupload penjelasan dan memberikan teori serta pendapat tentang mengapa Indonesia ingin memindahkan ibu kotanya.

Tampaknya ada banyak kebingungan tentang mengapa rencana itu dibuat, dan mengapa pulau Kalimantan yang dipilih?

Apa yang terjadi di Jakarta yang membuat pemerintah ingin memindahkan ibu kota?

Untuk memahami masalah Jakarta, pertama-tama kita perlu memahami dari mana rencana tata kota Jakarta berasal: Amsterdam. Jakarta dibangun oleh Belanda agar terlihat semirip mungkin dengan satu kota di Belanda, sehingga para pedagang Belanda akan merasa seperti di rumah.

Peta Amsterdam 1875 (kiri), Amsterdam saat ini (kanan) – Source: Maps of Europe

Mari kita lihat peta Amsterdam di atas. Dapat dilihat bahwa ada banyak air di sekitarnya. Kota pelabuhan yang ramai ini adalah hub utama dan pusat bisnis masyarakat Belanda yang dibangun di sepanjang sungai Amstel (karena perdagangan di masa lalu kebanyakan dilakukan dengan perahu). Kota ini merupakan rumah bagi pedagang, nelayan, dan politisi. Kota itu dibangun di sekitar tanggul yang dimaksudkan untuk melindungi daratan dari ZuidZee (Laut Selatan). Disamping itu, Amsterdam juga mendapat perlindungan dari Sphagnum yang datang dari sungai Oude-Rijn dan Spaarne, yang membentuk tanah liat dan bukit pasir yang melindunginya dari laut Utara.

 Sekarang, ayo kita lihat peta Jakarta.

Peta 1733 Jakarta/Batavia (Kiri) vs Jakarta saat ini (Kanan) – Source: Homann c.1733, Global Mapping Uk

Dalam sekilas saja, dapat terlihat bahwa Jakarta jauh lebih besar dan jauh lebih padat. Penting juga untuk dicatat bahwa ketika Jakarta dibangun, tidak ada bendungan atau tanggul yang dibuat. Meskipun beberapa bagian utara Jakarta dibangun mirip dengan Amsterdam, ada beberapa masalah yang timbul karenanya.

Kota Tua Jakarta (1775), source: Vue de la Ville maps

Jakarta sedang tenggelam

Bagian utara Jakarta sebagian besar dibangun di atas hutan bakau dan rawa. Beberapa orang mungkin sudah tidak asing lagi dengan Muara Angke. Saat daerah itu dibangun, rekayasa tanah yang dilakukan tidak diperhitungkan dengan matang (saat itu ilmu pertanahan belum semaju saat ini) merupakan hal saat itu). Pompa air tanah yang dipasang masyarakat telah menyebabkan tanah di bawahnya runtuh dengan sendirinya, dan tanpa akuifer yang layak, tanah akan tenggelam, yang menyebabkan banjir yang sangat merugikan.

Faktanya, masalah yang sama terjadi di Amsterdam hari ini. Namun, Belanda telah menangani dan mengantisipasi masalah ini sejak abad ke-16, salah satu caranya adalah dengan membangun banyak bendungan dan kincir angin yang menjadi ciri khas Belanda saat ini. Memang, pada tahun 2014, Jakarta telah membangun tembok laut sebagai bagian dari pengendalian kerusakan. Tetapi, inisiatif itu terlambat 400 tahun.

Kemacetan

Jakarta menjadi kota dengan kemacetan terparah di dunia pada tahun 2015 dan 2016, dan selalu berada di posisi 10 besar di tahun-tahun setelahnya. Jakarta – seperti yang Anda ketahui – bukanlah kota yang ramah untuk pejalan kaki. Mobil atau sepeda motor praktis dibutuhkan untuk bepergian, dan infrastruktur jalan dan transportasi umum saat ini tidak dapat mengatasi volume lalu lintas (Yudhistira et al.,2016).

Inspirasi dari Canberra 

Ibu kota yang baru akan dibangun berdasarkan model kota lain yang lebih dekat: Canberra. Anda mungkin terkejut menemukan hubungan antara ibu kota Australia, Canberra dan kota yang akan segera menjadi ibu kota baru Indonesia. Presiden Jokowi telah menegaskan bahwa ibu kota baru harus ramah lingkungan dan modern.

Peta Canberra mengungkapkan beberapa detail menarik. Pertama, ada banyak ruang terbuka hijau. Canberra berusaha menjaga keseimbangan dan konsistensi antara kawasan hijau dan ruang perkotaan. Selain itu, arsitektur umum di Canberra diposisikan sedemikian rupa dengan memperhatikan area sekitarnya, membuat segalanya terasa alami.

Kalimantan

Kalimantan adalah lokasi yang menarik. Kalimantan adalah pulau terbesar ke-3 di dunia (Secara teoritis Anda dapat memuat seluruh Inggris Raya dan Norwegia di dalamnya!). Kalimantan berbatasan dengan 2 negara lain: Malaysia dan Brunei.

Peta Borneo – Source: Mortadelo (2005)

 

Fakta bahwa sebagian besar pulau Kalimantan masih belum dikembangkan menjadikannya lokasi yang ideal untuk ibu kota baru, karena pemerintah dapat membangun sebuah ibu kota yang baru dari awal. Kota yang dipilih menjadi ibu kota, Palangkaraya, terletak di sebelah Tenggara Kalimantan yang secara geografis merupakan titik pusat Indonesia.

Republik Pisang

“Republik pisang” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu negara yang bergantung pada satu komoditas ekspor, dan negara Itu akan goyah jika komoditas tersebut menghilang.

Tanah Ibu dan Bapak, sekarang menjadi tanah Palm Oil. Foto oleh Andrew Slatter (2008).

Saat ini, Kalimantan terkenal dengan perkebunan kelapa sawitnya. Jalan dan infrastruktur yang sudah ada saat ini di Kalimantan kebanyakan dibangun untuk mendukung perkebunan sawit, yang menimbulkan banyak kontroversi, khususnya di UE. Negara-negara Uni Eropa telah secara tegas melarang impor produk apapun yang menggunakan minyak sawit. Hal ini dapat menyebabkan ribuan orang menganggur, karena Indonesia dan Malaysia menyumbang 85% dari seluruh ekspor minyak sawit dunia.

2 tahun kemudian – fantasi atau kenyataan?

Karena pandemi saat ini, pembicaraan tentang ibu kota baru terhenti. Pandemi telah menimbulkan kebocoran besar-besaran dalam perekonomian Indonesia, dan Presiden Jokowi memilih mengalihkan perhatiannya pada masalah virus corona terlebih dulu. Memindahkan ibu kota dapat menyebabkan efek positif bagi perekonomian, karena konstruksi dan pembangunan besar-besaran dapat memberikan banyak pekerjaan baru bagi masyarakat yang mengganggur. Tetapi saat ini, tidak pasti kapan rencana tersebut akan dilaksanakan.