Baku Bantu, Raekore Bangkit dalam Solidaritas
“Dinding beratap itu pernah berdiri kokoh di bawah kaki langit, tegap menengadah ke arah cakrawala, sebelum dihempas luluh menyatu dengan bumi”.
Oleh Erland Tatus
Diterjemahkan oleh: Rizky Ully – AIYA Nusa Tenggara Timur
Versi Bahasa Inggris, klik disini.
Desain Grafis oleh Candra Prasetiatama – AIYA Graphic Design Officer
Baku Bantu, Kita Bangkit dalam semangat Solidaritas.
Nusa Tenggara Timur, gugusan pulau- pulau tropis yang terkenal elok dan eksotik, kumpulan dataran di ujung selatan Indonesia yang memunggungi Samudra Hindia. Di balik menawan pesonanya, tentu juga menyimpan potensi bahaya alamiah yang turut membayangi.
Benar, baru saja tagar #PrayForNTT menggaung di kancah nasional seiring tangis duka di penjuru daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Ratap pilu akibat dicederai “Seroja” si Badai Siklon Tropis terjadi sangat cepat, yang sekonyong – konyong memporak porandakan manusia. Datang menghantam dengan angkuh dan gagahnya. Menunjukkan tajinya, bahwa sebagai manusia, sebenarnya kita tidak ada apa- apanya di hadapan alam.
Dinding beratap itu pernah berdiri kokoh di bawah kaki langit, tegap menengadah ke arah cakrawala, sebelum dihempas luluh menyatu dengan bumi.
Gereja GMIT Talitakum Raekore, terletak di Raekore, Kabupaten Sabu Raijua. Sabu Raijua adalah salah satu daerah yang terdampak paling parah dalam fenomena ini, karena merupakan salah satu titik pusat dari badai siklon tropis ini.
Dampaknya langsung terasa, gereja dengan anggota sebanyak 174 kepala keluarga ini merasakan duka yang mendalam. Peluh perjuangan mereka yang mana dimulai dari langkah dari peletakan batu pertama kini luluh lantah. Setiap doa, asa yang dititipkan dalam tiap rangkaian batu yang tersusun pun hempas, dibawa pergi sang Siklon tropis “Seroja”.
“Baru saja, kami menikmati 5 (lima) bulan masa kesenangan setelah berdirinya bangunan gereja kebanggan kami, langsung hancur berkeping-keping dihantam badai”, Pendeta Gereja GMIT Talitakum Raekore, Paulina Bole Tade, lirih berkeluh.
Bangunan gereja itu hadir, berkat inisiatif dari segenap jemaat. Gereja yang sejatinya ada sejak tahun 1927 itu akhirnya punya gedung memadai. Segenap jemaat bersatu padu secara perlahan lebih dari 4 (empat) tahun pengerjaanya hingga akhirnya dapat diresmikan pada pertengahan November 2020 lalu. Tak terhitung lagi berapa besar pengorbanan yang dikeluarkan oleh setiap jemaat yang tentu saja dengan tulus ikhlas, dengan segala keterbatasan mengupayakan hak mereka memperoleh tempat ibadah impian.
Namun, asa telah sirna. Mereka kini hanya bisa meratapi segenap peluh yang telah tercucur. Yang tersisa hanyalah puing-puing bangunan, hancur terkubur bersama segenap perjuangan yang dibawa pergi.
Selama Bumi Masih Dipijak, Maka Harap Kan Tetap Disanjung
Jemaat GMIT Talitakum Raekore, dengan total kerugian mencapai Rp400.000.0000,- (Empat Ratus Juta Rupiah), tentunya masih punya mimpi untuk setidaknya dapat mengemban amanah beribadah dengan sepatutnya.
Dan tentunya, kali ini mereka tidak dapat bangkit sendiri. Sebagai insan manusia, sudah sepatutnya kita berulur tangan, nengangkat saudara kita yang lemah, yang membutuhkan.
Kali ini, segenap jemaat Gereja GMIT Talitakum Raekore, meminta doa dan bantuan kita, agar mereka dapat berdiri lagi, menapak lagi, untuk dapat mengambil langkah lagi.
Agar membantu selama masa-masa sulit ini, AIYA (Australia- Indonesian Youth Assosiation) mengajak kita semua, bahu- membahu, Baku Bantu mewujudkan mimpi segenap jemaat GMIT Talitakum Raekore, Sabu Raijua memperoleh kebutuhan hakikinya, memperoleh tempat ibadah yang layak.
Kami mengajak kamu semua, dimanapun kalian, titipkan doa kalian lewat donasi yang tentunya sangat berarti bagi tiap jemaat. Mari berbagi. Inisiatif dan sumbangan Anda sangat membantu.
Waktunya untuk bertindak, apabila Anda akan menyumbang, volunteer, atau meningkatkan kesadaran, Nusa Tenggara Timur memerlukan bantuan Anda. Untuk donasi, visit website KitaBisa.