“Suara lo ngaruh!”: AyoVote mengajak pemuda berpartisipasi politik
Ayo Vote adalah salah satu organisasi baru yang berperan untuk mendorong pemuda ikut dalam pemilihan umum dengan cerdas. AIYA mewancarai Abdul Qowi Bastian dan Pingkan Irwin, pendiri Ayo Vote tentang maksud dan kegiatan organisasinya.
Ceritakan kami sedikit tentang tim Anda. Siapa mendirikan Ayo Vote, dan apa latar belakangnya?
Pingkan dan saya memulai Ayo Vote sejak akhir tahun 2012 lalu, tapi official launch Ayo Vote baru pada tanggal 1 Juli 2013, setahun sebelum Pemilu Presiden 2014.
Latar belakang Ayo Vote terinspirasi dari Pemilihan Gubernur Jakarta tahun 2012 yang secara mengejutkan berhasil menggugah minat anak muda Indonesia untuk aktif berpartisipasi politik. Banyak dari anak-anak muda ini yang ikut turun ke jalan mengampanyekan kandidat yang mereka dukung secara langsung.
Memanfaatkan momentum tersebut, saya dan Pingkan berniat untuk mewujudkan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 menjadi sebuah kesempatan dimana pemuda-pemudi Indonesia mampu memeriahkan pesta demokrasi ini.
Tim Ayo Vote saat ini terdiri dari lima orang, dan ada sekitar 20 relawan yang membantu kegiatan kami.
Apa maksudnya Ayo Vote? Bagaimana Ayo Vote mewujudkan visinya?
Secara nasional, pemilih muda (17-30 tahun) berjumlah sekitar 50 jutaan atau 30 persen dari total pemilih (190 juta eligible voters). Dari data tersebut Ayo Vote berangkat untuk mengajak anak muda berpartisipasi dalam rangkaian pemilu dan mengedukasi mereka agar menjadi pemilih rasional.
Kami sadar bahwa banyak anak muda Indonesia yang belum paham sistem pemilu dan pemerintahan di Indonesia. Maka dari itu, Ayo Vote tidak hanya mengajak mereka, tapi juga memberikan edukasi politik agar anak-anak muda mengetahui hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara dan menjadi pemilih yang cerdas.
Kegiatan Ayo Vote cukup beragam. Kami mempunyai website mengenai politik dan pemilu (www.ayovote.com). Di website ini kami menyediakan pendidikan dasar politik dan pemerintahan Indonesia, berita-berita terkait pemilu dan profil partai politik, calon anggota legislatif dan calon presiden.
Kami juga menyelenggarakan event-event seperti diskusi kontemporer di mall dan kafe untuk mendekati anak muda dan membuat politik yang lebih menyenangkan. Beberapanya di antara lain: Ngomongin Politik (Ngompol), Kampung Politik, dan workshops di kampus dan sekolah.
Apa demografi peserta Ayo Vote? Apakah sebagian besar pesertanya terletak di desa atau kota?
Target utama kami adalah anak muda yang sudah bisa menggunakan hak pilihnya, dari umur 17 hingga 30 tahun. Dengan berbasis online, Ayo Vote dapat menjangkau anak muda di berbagai daerah di Indonesia. Namun untuk event, acara-acara kami masih terpusat di kota-kota besar Indonesia. Anggota kami pernah diundang menjadi narasumber di Yogyakarta, Bandung, Singapore, Surabaya dan Manado.
Apa hal yang paling penting untuk kaum muda dalam kampanye pemilu ini? Apakah hal ini berbeda menurut pemuda tinggal di kota atau kampung?
Dalam rangkaian pemilu ini, kami menekankan pada anak muda bahwa suara mereka berpengaruh, sehingga sangat penting bagi mereka untuk memilih. Tapi memilih saja tidak cukup, kami ingin mereka menjadi pemilih yang rasional, yang bisa bertanggung jawab atas pilihan yang mereka ambil. Mereka bisa mencari rekam jejak calon wakil rakyat dan presiden di Internet, dan mengikuti berita sebelum menentukan pilihan.
Pemuda yang tinggal di daerah atau kampung belum mendapatkan privilege yang sama dengan anak muda yang tinggal di perkotaan, seperti akses yang luas ke media dan Internet. Tapi pemuda di daerah tidak boleh dianggap sebelah mata karena gerakan anak muda di daerah (di luar kota Jakarta) sangat aktif.
Ada banyak pemuda Australia yang tertarik akan pemilu 2014. Menurut pendapat Anda, siapa caleg (atau capres) yang paling menarik bagi kaum muda?
Ayo Vote tidak akan merekomendasikan nama seorang calon atau partai politik, karena Ayo Vote merupakan sebuah gerakan yang independen dan non-partisan. Lagipula, setiap orang memiliki preferensi mereka masing-masing tentang caleg atau capres yang mereka sukai.
Ada caleg yang sangat aktif mengampanyekan visi dan misinya di media sosial dimana banyak anak muda yang mem-follownya. Begitu juga dengan capres yang memiliki tim media sosial yang kuat untuk menarik suara anak muda.
Yang Ayo Vote inginkan adalah anak-anak muda dapat menjadi pemilih yang cerdas, tanpa digiring opini dari pihak luar. Dengan bekal yang kami lakukan, mereka dapat menentukan pilihan sendiri.
Australia pakai sistem pemungutan suara yang wajib untuk semua warga yang terdaftar. Apakah ini sistem yang Indonesia sebaiknya meniru?
Untuk di Indonesia, masih belum bisa dipraktekkan obligatory voting karena dalam konstitusi kita, partisipasi politik masih bersifat hak, bukan kewajiban. Bila diwajibkan, mungkin akan baik dalam segi voters turnout dan partisipasi masyarakat, namun ini butuh perubahan dalam konstitusi kita yang tentu saja butuh proses yang sangat panjang.
Di Australia ada banyak komentar tentang peralihan Indonesia menjadi negara yang demokratis. Apa yang masih harus berubah untuk Indonesia yang lebih demokratis, khususnya untuk kaum muda?
Untuk pemilu yang lebih demokratis memang perlu turun tangan dari semua pihak, dari penyelenggara negara untuk mengontrol jalannya pemilu dengan lebih baik, dari partai untuk mengadakan rekrutmen yang demokratis dan jelas (bukan hanya berdasarkan popularitas atau uang), dari masyarakat untuk mengawal jalannya pemilu dan pemerintahan, dan yang paling penting untuk meningkatkan partisipasi itu sendiri, karena tak ada gunanya ada sistem yang demokratis kalau masyarakatnya tidak mau ikut serta.
Hampir setengah penduduk Indonesia berusia kurang dari 30 tahun. Apakah Indonesia sebaiknya memilih presiden dan anggota DPR yang lebih muda, sesuai dengan demografi itu?
Adanya calon-calon muda memang sangat baik, karena bagaimanapun juga, yang benar benar mengerti kebutuhan anak muda ya anak muda itu sendiri. So they (hopefully) can cater to youth’s needs. Selain itu, anak muda umumnya punya ide ide segar yang dibutuhkan untuk mengubah pemerintahan ataupun kondisi. Namun harus diingat bahwa tidak selamanya yang muda adalah yang terbaik. harus lihat lagi rekam jejaknya, kapabilitasnya, visi misi dan rencana kerjanya, dan lain lain. Kalau memang yang tua yang lebih baik, kenapa tidak?
Apakah AyoVote akan terus menjalan setelah pemilu 2014?
Setelah pemilu 2014, diharapkan Ayo Vote masih akan terus berjalan karena masih ada pemilihan kepala daerah lainnya berlangsung di Indonesia.
Apakah tim AyoVote mau bilang apa saja yang lain kepada pembaca AIYA?
Suara lo ngaruh!