Seni Basa-basi Indonesia: Cara berbasa-basi di Indonesia
Ditulis oleh Fahry Slatter – AIYA Communications Coordinator
Diterjemahkan oleh Thomas Shears – AIYA Content Translator
Versi Bahasa Inggris, klik disini.
Kalau enggak suka banget, pasti benci. Enggak ada pilihan tengah. Basa-basi merupakan salah satu hambatan sosial yang paling kontroversial. Baik kamu suka ataupun benci, di Indonesia itu sangatlah penting.
Kenapa basa-basi (atau small talk) itu penting
Banyak yang bilang basa-basi itu hanya membuang waktu dan tidak berfaedah layaknya percakapan mendalam. Tapi untuk sampai ke titik di mana suatu percakapan telah mendalam, kita harus melalui proses berbasa-basi, dan basa-basi ini akan menjadi pembicaraan penuh arti yang kamu cari – tapi basa-basinya harus berhasil dulu, ya. Bukan hanya kebiasaan, itu juga merupakan bagian hidup orang Indonesia yang enggak bisa dihindari, baik dalam konteks pesta kantor di Kemang ataupun bertemu dengan host family untuk pertama kali, basa-basi adalah pintu masuk pertama – pintu atau atau gerbang untuk memasuki lingkaran sosial manapun.
Tujuan utama saat bertemu dengan orang baru adalah membuat mereka merasa nyaman lebih dahulu. Cara ini bisa menghilangkan rasa cemas, juga menunjukkan bahwa kita tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang mereka, dan menikmati kebersamaan yang ada. Ini merupakan langkah pertama untuk mendapatkan kepercayaan mereka.
Di Indonesia, akan dianggap kurang sopan jika kita berbicara tentang isu-isu tertentu secara langsung dan ini adalah salah satu hambatan yang harus diatasi warga asing saat datang ke Indonesia. Manusia memang dirancang untuk menginginkan jawaban secara langsung, tapi sepertinya kita tidak suka melewati prosesnya. Inilah yang jadi masalah, karena sifat ketidaksabaran kita justru dapat membuat orang lain enggan membuka diri.
Kadang-kadang, mengatakan “apa kabar?” saja enggak cukup. Kita sudah tahu apa yang diharapkan dan jawabannya seringkali bisa diprediksi. Pemikiran kita sering jadi terhambat; kita jadi enggak tahu harus berkata apa selanjutnya dan percakapannya jadi canggung. Topik yang dapat didiskusikan saat berbasa-basi juga bervariasi dari satu negara ke negara lain. Di Indonesia, misalnya, bertanya tentang keluarga saat pertama kali bertemu itu dianggap biasa saja. Kebiasaan ini mungkin saja mengherankan bagi warga asing.
Bagaimana cara berbicara dengan seseorang yang baru?
Anggap saja kamu mau bertemu seseorang untuk pertama kalinya. Kalian sudah membuat janjian, komunikasi lewat surel atau chat, tapi sekarang saatnya untuk bertemu langsung dan menunjukkan dirimu yang sesungguhnya.
Selalu ingat teknik AFRY:
A – Ask (Tanya)
F – Follow Up (Tindak lanjut)
R – Reveal (Ungkapkan)
Y – Yank them back in (Tarik mereka kembali)
1. Ask (Tanya): Seringkali, kamu yang harus berinisiatif dan bertindak duluan. Manusia memang suka berbicara tentang dirinya sendiri, jadi setidaknya kamu memberi kesempatan untuk mereka jadi ge-er. Ingat, ya: tujuannya adalah membangun kenyamanan, bukan mendominasi. Kamu bisa mulai dengan menanyakan pekerjaan mereka, kerjanya di bidang apa, keterampilan mereka, serta topik-topik lain yang terkait dengan pekerjaannya. Dari sini, kita siap untuk meluncur ke langkah berikutnya, yaitu follow up (tindak lanjut).
Jack: Apa pekerjaanmu?
Putri: Aku bekerja di bidang teknologi dan kebanyakan berurusan dengan ERP.
2. Follow up (Tindak lanjut): Obrolan ini harus terus bergulir. Pada langkah follow up, kamu harus mengklarifikasi jawaban mereka – mereka sudah menjawab pertanyaanmu, dan sekarang kamu harus melanjutkan obrolannya dengan cara berkomentar atau mengajukan pertanyaan yang bersambung. Pada titik ini, sebaiknya ajukan pertanyaan terbuka, karena ini akan memberi kesempatan bagi mereka untuk menjelaskan.
*Teks berwarna jingga adalah contoh Follow Up
Putri Aku bekerja di bidang teknologi dan kebanyakan berurusan dengan ERP.
Jack: Emang ERP itu gimana? (jika kamu sudah tahu tentang subjeknya, bisa meminta pendapat mereka tentang itu)
Putri: *Menjelaskan ERP*
Jack: Oh, kamu pasti ambil jurusan sistem informasi pas kuliah, ya?
Putri: Iya, aku ambil IT di Monash University.
Jack: Itu yang di Australia bukan?
Putri: Ya, yang di Australia. Melbourne, tepatnya.
3. Reveal (Ungkapkan): Selanjutnya, ungkapkan informasi tentang dirimu sendiri yang terkait dengan follow up-nya. Inilah waktu yang tepat untuk mencari kesamaan. Siapa tahu, mungkin kamu bisa belajar sesuatu, menemukan kesamaan atau mereka membahas sebuah topik yang kamu sukai. Inilah langkah di mana kamu berbicara tentang apa yang kamu ketahui tentang topik tersebut, tetapi ingatlah untuk tidak berlebihan.
Putri: Ya, yang di Australia. Melbourne, tepatnya.
Jack: Eh, aku punya banyak teman yang kuliah di Monash Melbourne. Ada satu yang ambil jurusan teknik mesin, tapi udah mau lulus dia. Katanya indah banget di sana.
Putri: Ya, emang indah.
4. Yank them back in (Tarik mereka kembali): Lanjutkan dengan melibatkan mereka dalam topik lagi. Tanyakan apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut dan dorong mereka untuk berbicara. Biarkan mereka membahas komentar dan pendapatmu. Sekarang, bolanya ada di tangan mereka dan ini giliran mereka untuk membicarakan jawabanmu.
Putri: Ya, emang indah.
Jack: Jadi kamu tinggal di Australia dari lahir apa gimana?
Putri: Enggak, aku asalnya dari Surabaya dan tinggal di Indonesia sejak kecil.
Dan terus menerus seperti itu…
Setelah kalian selesai dengan pertanyaan yang membutuhkan jawaban singkat, kamu bisa mengajukan lebih banyak pertanyaan terbuka untuk merangsang diskusi. Berikut beberapa contohnya:
- Ceritakan tentang…
- Jelaskan pada saya…
- Jelaskan situasinya…
- Apa yang membuatmu memutuskan untuk…
- Apa pendapatmu tentang ini…
- Bagaimana perasaanmu ketika…
Dll.
Terus dorong obrolannya dengan cara menambahkan berbagai lapisan topik baru, dan lebih penting lagi, terus membangun percakapan. Kalau kalian sudah tukar-menukar informasi tentang diri sendiri, kamu akan segera tahu bahwa basa-basi sudah memudar seiring berjalannya obrolan.
Bagaimana cara berbicara dengan seorang kenalan?
Kalau pernah main “The Sims”, kamu pasti tau istilah acquaintance (kenalan). Dalam permainan tersebut, kita bisa membuat dua orang kenalan jadi lebih dekat, atau kalau lagi bosan, bisa juga membuat mereka jadi musuhan. Tapi dalam kehidupan nyata, kita enggak bisa menggunakan cheat code agar jadi orang yang paling populer atau membuat seorang musuh jadi teman dengan cara berbicara tentang cuaca selama 2 jam terus-terusan; dalam kehidupan nyata, proses dari kenalan ke teman itu sedikit lebih menantang.
Selama hidup, kita akan bertemu dengan banyak kenalan, jadi sebaiknya kita tahu cara agar mereka enggak menjadi musuh. Cara berbicara dengan seorang kenalan itu mirip dengan memulai percakapan dengan seseorang yang belum kita kenal, dan Teknik AFRY juga dapat diterapkan di sini. Sedikit kreativitas diperlukan terkait apa yang kita tanyakan/komentari, karena kita enggak bisa terus bertanya “asalnya dari mana?” kepada orang yang sama.
Langkah 1: Buka dengan anekdot
Masih ingat apa yang saya katakan tentang anekdot di atas? Anekdot itu sangat berguna saat berbicara dengan seseorang yang sudah kita kenal. Kita sudah enggak bisa memakai rutin “asal dari mana?” lagi, jadi harus sedikit lebih kreatif.
Kamu: Hei Bro, akhirnya ketemu lagi setelah lockdown berbulan-bulan. Semalam si Dhika nge-WA terus ngajak hangout di Kemang. Kupikir kenapa enggak, daripada enggak ngapa-ngapain hari ini. Senang ketemu kamu lagi.
Langkah 2: Singkirkan kesombongan dan pertahankan ketenangan.
Ada orang di luar sana yang enggak mau mengalah. Atau kelihatan seperti mereka enggak mau diajak mengobrol. Tapi sebenarnya, mereka sama-sama gugup seperti kamu. Sembilan dari sepuluh, mereka enggak ada niat jahat, tapi mereka benar-benar pemalu. Ini sering terjadi di antara kenalan, tapi ingat saja teknik AFRY.
Kamu: Aku baru saja pulang dari mendaki Rinjani, di Lombok, sama teman-teman kuliah. Susah banget; butuh waktu 7 jam untuk ke puncak gunung dan turun lagi. Aku lelah selama seminggu pas pulang. Kamu pernah enggak mendaki Rinjani?
Orang: Belum, sih.
Daripada syok pintar, kita bisa menggunakan teknik AFRY dan mengungkapkan sesuatu tentang diri kita. Bagikan cerita tentang diri kita, dan ingatlah untuk enggak jadi syok pintar.
Kamu: Aku senang banget mendaki gunung itu dan pemandangannya luar biasa. Worth it banget. Sebenarnya minggu depan ada rencana untuk mendaki Gunung Gede sama teman-teman sekelas. Ayo ikut, kalau ada waktu!
Beberapa cara yang baik untuk membuka obrolan:
– Buka dengan anekdot
Anekdot, atau cerita pendek, adalah yang cara yang bagus untuk menciptakan lingkungan yang nyaman. Itu tidak interogatif dan tidak langsung ke intinya; itu bisa saja bikin ketawa. Pada situasi tertentu, di mana kita enggak mengenal orangnya sama sekali, anekdot itu lebih ramah dan dapat disesuaikan dengan situasi apapun. Bicaralah tentang lalu lintas, cuaca, tempat di mana kalian bertemu. Yang penting itu kita enggak berbohong atau mulai mengarang cerita yang enggak pernah terjadi. Jangan salah, ada orang yang jauh lebih mudah berbohong daripada yang kamu pikirkan.
Contoh 1
Kamu: Eh, gila perjalanannya hari ini, macet banget. Ada bajaj yang keguling di pinggir jalan, bikin macet luar biasa.
*berbicara tentang cerita tersebut.
Kamu: Eh, mulai serius, yuk! / Eh, kamu apa kabar?
Contoh 2
Kamu: Tahu nggak sih, sebelum aku datang ada anak kecil yang ngamuk luar biasa, sampai semua orang di mal nonton aja si anak berantem sama orangtuanya. Edan!
– Tanyakan pekerjaan/mata pencaharian mereka
Ingat: Manusia senang sekali berbicara tentang dirinya sendiri, terutama kalau ada kesempatan untuk pamer mengenai pekerjaannya, karena kemungkinan besar pekerjaan mereka menggambarkan pencapaian akademik atau sifat pribadi mereka. Ini bagus untuk dibicarakan dengan orang yang baru saja atau belum lama kita kenal.
Kiat: Jika kamu sudah tahu orang tersebut tidak punya pekerjaan, daripada bertanya “kamu bekerja di mana?”, sebaiknya katakan “gimana pencarian kerjamu akhir-akhir ini?”
Kiat-kiat penting untuk selalu diingat
Antusiasme:
Jika seseorang datang kepadamu dan tampak melankolis, suasana percakapan sudah sangat jelas. Kita enggak bisa terus bahagia setiap hari; hidup ini memang seperti itu. Meskipun bukan cara yang sempurna, dengan menunjukkan sedikit “semangat”, kita bisa mengubah suasananya menjadi lebih positif secara enggak sadar. Saat bertemu dengan seseorang yang baru saja atau belum lama kita kenal, kita berada di posisi netral. Dengan menunjukkan “semangat”, percakapannya bisa diarahkan ke nada yang lebih positif.
Sebutkan nama mereka beberapa kali:
Dengan menyebutkan nama seseorang, kita bisa menarik mereka kembali ke dalam percakapan, terutama kalau kamu merasa topiknya telah berlarut-larut atau jadi sadar bahwa kamu terlalu banyak bicara. Tapi jangan berlebihan! Kalau berlebihan, mungkin saja mereka merasa malu karena terlalu diperhatikan.
Bahasa tubuh
Kontak mata: Sudah diketahui bahwa dalam situasi sosial Asia, orang enggak terlalu suka kontak mata. Bahkan jika mereka melakukannya, itu enggak akan lama. Terutama di Indonesia, orang-orang cenderung malu, dan hanya melirik sekilas ke mata. Kamu enggak perlu memberi mereka tatapan galak, tetapi dengan menatap mata mereka, itu menunjukkan kepercayaan diri dan keterlibatan.
Senyumlah secukupnya
Ingatkah kamu soal “membuat orang merasa nyaman” di atas? Dengan senyum atau kelihatan bahagia secara umum, kamu bisa meninggalkan kesan pertama yang baik pada seseorang. Ini menunjukkan bahwa kamu bersedia untuk mengobrol dan menunjukkan kepribadianmu yang ramah.
Ajukan pertanyaan terbuka:
Perbedaan di antara menerima 1-2 kata jawaban singkat dengan penjelasan terperinci adalah caramu menyampaikan pertanyaan. Pada dasarnya, kamu mengajukan pertanyaan yang sama, hanya kata-katanya yang berbeda. Ini bagus jika mereka berbicara tentang suatu topik yang enggak kamu ketahui, atau jika orang tersebut sedikit canggung.
Alih-alih mengatakan: Apa itu ERP?
Katakanlah, “ceritakan lebih banyak soal ERP, dong, soalnya aku enggak ngerti sama sekali wkwk”.
Perluaslah jawabanmu
Dengan memberikan jawaban singkat, kita bisa terdengar kurang sopan, dan dapat mendorong orang yang kita ajak mengobrol untuk jadi syok pintar dan obrolannya jadi hancur. Misalnya, alih-alih mengatakan “Enggak”, katakan “Enggak, sejujurnya aku enggak tahu. Tolong jelaskan kepadaku”.
Jangan kaget kalau ditanya soal agama
Di Indonesia yang kontemporer, masyarakat (terutama generasi muda) jauh lebih sadar akan kepekaan agama dan topik-topik yang terkait dengan itu. Namun, masih ada kemungkinan kamu akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan tentang agama.
Bingung mau membicarakan apa lagi? Ingatlah pertanyaan-pertanyaan FOEH ini:
Family (Keluarga) – Kamu berapa bersaudara? Kamu berasal dari Indonesia bagian mana?
Occupation (Pekerjaan) – Kamu kerja di mana? Gimana pekerjaanmu akhir-akhir ini? Ceritakan lebih lanjut tentang bidang X.
Education (Pendidikan) – Kamu jurusan apa? Susah enggak jurusan itu? Seperti apa itu?
Hobbies (Hobi) – Gimana dampak pandemi pada hobi itu? Kamu suka nongkrong di mana saja akhir-akhir ini?
Ini adalah pertanyaan-pertanyaan dasar yang biasa ditanyakan di Indonesia, yang dibuat untuk berbasa-basi. Saat percakapannya jadi canggung atau kamu merasa kehabisan topik, pakailah salah satu dari pertanyaan-pertanyaan FOEH, dan obrolannya akan lancar kembali.
Basa-basi adalah keterampilan hidup yang sangatlah penting dan merupakan cara yang bagus untuk menantang dirimu yang pemalu. Kalau sudah jago berbasa-basi, banyak kesempatan akan muncul. Kamu akan bisa terhubung dengan siapapun, memperluas lingkaran sosialmu dan mendapat teman-teman baru. Itu 100% berdasarkan keterampilan yang merupakan sebuah seni dan juga keahlian.