Dimulainya Kembali Studi Luar Negeri di Indonesia
Ditulis oleh Maddie Crothers – AIYA National Blog Editor
Terjemahan oleh Gabriella Pasya – AIYA National Translation Team dan Maddie Crothers
Klik di sini untuk versi Bahasa Inggris.
Gelombang mahasiswa internasional pertama telah tiba di Indonesia setelah vakum selama dua tahun. Sebagai mahasiswa yang tengah menjalani studi di Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam program yang diselenggarakan Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies (ACICS). Artikel ini akan membantu para mahasiswa yang hendak menjalani program pertukaran pelajar pasca kuncitara akibat COVID-19 beserta segala manfaat dalam melakukan studi ‘in-country’ dibandingkan pembelajaran daring.
Logistik Pasca COVID
Visa
Memperoleh visa pelajar untuk studi di Indonesia pasca pandemi membutuhkan proses yang panjang. Visa pelajar (KITAS) membutuhkan waktu lebih dari 5 bulan untuk diproses, dengan banyak kasus di mana visa terbit seminggu sebelum keberangkatan, bahkan beberapa mahasiswa harus mengubah tanggal keberangkatan karena waktu pemrosesan visa yang lama. Oleh karena itu, di masa pasca kuncitara, jika hendak melakukan studi di Indonesia, maka harus direncanakan dari jauh-jauh hari.
Mendapatkan visa magang di Indonesia juga merupakan sebuah tantangan tersendiri, sebagian karena kebijakan pasca COVID, namun ada pula perusahaan yang menawarkan dukungan dan dapat mengatur visa – meskipun disertai syarat pembatasan lokasi dan pembatasan jam kerja. Meskipun begitu, seiring dengan pulihnya negara dari COVID, ada kemungkinan pembatasan ini dapat dikurangi di masa mendatang.
Persyaratan terkait COVID
Proses kedatangan saya di Indonesia cukup mudah, tanpa tes COVID atau persyaratan isolasi. Indonesia memiliki aplikasi bernama PeduliLindungi, di mana Anda harus mendaftarkan informasi vaksinasi Anda sebelum memasuki Indonesia. Hal ini digunakan untuk memverifikasi status vaksinasi Anda. Dalam pandangan saya, aplikasi ini seringkali hanya digunakan di mal, beberapa restoran, atau saat menghadiri acara besar. Jika dibandingkan dengan Australia, di Indonesia banyak toko yang mewajibkan pemeriksaan suhu dan mewajibkan pemakaian masker di dalam ruangan.
Saat ini, jika Anda dinyatakan positif COVID, Anda diharuskan mengisolasi diri selama 10 hari. Gojek dan Grab (layanan transportasi/pengiriman daring) memiliki opsi untuk mengobrol dengan pengemudi untuk opsi pengiriman. Oleh karena itu, mengakses makanan dan air menjadi mudah selama masa isolasi. Jika membutuhkan obat, Halodoc adalah aplikasi layanan pengiriman obat, di mana Anda dapat dengan mudah memesan dari barang dari apotek ke lokasi Anda.
Proses baru yang diperkenalkan untuk masa tinggal jangka panjang di Indonesia, adalah mendaftarkan IMEI ponsel Anda. Hal ini harus dilakukan di bandara. Lokasi untuk melakukan pendaftaraan ini sangat mudah terlewatkan dan jika Anda tidak mendaftarkan ponsel Anda dalam waktu 24 jam, Anda harus membayar 40% dari biaya ponsel Anda saat ini. Namun jika sudah terdaftar dalam 24 jam, $500 pertama (dari 40% tersebut) dianggap sudah terbayarkan. Misalnya, jika Anda memiliki iPhone 13 dan tidak mendaftarkannya, biayanya bisa mencapai $600 untuk terus menggunakan sim ponsel Anda. Jika ponsel Anda tidak terdaftar, maka setelah tiga bulan, sim Indonesia Anda menjadi tidak valid.
Meskipun prosedur untuk menjalani satu semester untuk studi di Indonesia telah berubah, namun keseluruhan prosesnya masih cukup mudah. ACICIS telah mendukung 37 siswa untuk menempuh satu semester di luar negeri dengan lebih banyak lagi siswa internasional yang menyelesaikan pertukaran langsung, kesempatan untuk studi luar negeri di Indonesia telah dimulai kembali.
Pembelajaran Bahasa Indonesia Secara Daring Dibandingkan ‘In-Country’
Penny Williams, selaku Duta Besar Australia untuk Indonesia, baru baru ini mengunjungi Yogyakarta dan berbicara dengan mahasiswa internasional dan staf ACICIS. Dia mengatakan bahwa ada perbedaan antara mempelajari suatu bahasa dengan berbicara menggunakan bahasa tersebut. Saya pun setuju dengan pernyataan ini sesudah mulai program pertukaran pelajar saya.
Saya telah menyelesaikan lebih dari tiga perempat kualifikasi universitas saya untuk mendapatkan Diploma Indonesia secara daring. Setelah menghabiskan dua bulan di Indonesia, kemampuan bahasa saya meningkat secara fenomenal, sesuatu yang tidak bisa ditiru oleh pembelajaran daring. Saya mendapati bahwa keterampilan membaca dan menulis saya telah meningkat dan kecakapan berbicara dan mendengarkan saya juga mendapatkan atensi lebih. Selama pandemi, di universitas sulit untuk mempraktekkan diskusi bahasa Indonesia melalui zoom. Dengan jumlah siswa di kelas saya yang hanya terdiri dari 8 siswa dan proses yang lebih lambat saat melakukan diskusi melalui zoom, saya menemukan bahwa dalam satu setengah jam pelajaran saya akan berlatih berbicara kurang dari 5 menit per minggu (akibatnya saya menemukan pertemuan pertukaran bahasa daring AIYA menjadi sangat bernilai). Setelah pengalaman saya belajar bahasa, akan bermanfaat untuk mengeksplorasi kualifikasi Bahasa Indonesia Australia, di mana keseluruhan kursus dapat diselesaikan di dalam negeri untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih tinggi dalam Bahasa Indonesia.
Kelas formal Bahasa Indonesia sangat berharga, namun pembelajaran mendalam dan interaksi langsung juga teramat bermanfaat. Terlebih lagi pengamalan imersif juga jauh lebih menyenangkan daripada zoom. Mulai dari berbincang-bincang dengan pengemudi Gojek, memesan makanan, membaca papan petunjuk dan menu, berbincang dengan penduduk lokal di pasar, pentas budaya hingga bertemu dengan pelajar Indonesia, tentu menjadi kelebihan yang tidak bisa ditiru dari studi secara daring. Saya merasa bahwa studi ‘in-country’ sebagai persyaratan untuk mempelajari bahasa apa pun, dikarenakan praktik teoretis hanya akan memberi saya dasar-dasar pembelajaran suatu bahasa, namun pengalaman praktis adalah sesuatu yang telah meningkatkan kemampuan saya dalam memahami dan menggunakan Bahasa Indonesia.
Tindakan pencegahan COVID yang masih berlaku untuk beberapa pembelajaran kampus semester ini adalah model pembelajaran hybrid. Pada umumnya kelas didominasi oleh model pembelajaran tatap muka, namun perlu diketahui masih banyak kelas yang bersifat hybrid learning dimana pembelajaran berlangsung secara tatap muka maupun daring sepanjang semester.
Dengan dimulainya kembali studi luar negeri di Indonesia, penting bagi Australia untuk tidak kehilangan generasi orang Australia yang mampu berbahasa Indonesia. Aksesibilitas studi luar negeri di Indonesia pasca pembatasan COVID-19 harus dipromosikan oleh universitas di Australia dan Indonesia untuk memastikan mahasiswa mengetahui peluang belajar di luar negeri yang tersedia, termasuk hibah NCP dan beasiswa-beasiswa untuk terus membangun momentum belajar di luar negeri pasca kuncitara COVID.